Rabu, 12 Agustus 2015

DAMPAK HARGA DAGING SAPI DAN BERAS NAIK BERSAMAAN



                            
Para pedagang daging sapi dijalan Palmerah Jakarta Pusat mogok berdagang daging sapi sejak 9 agustus 2015 lalu.Mereka kecewa karena sepi pembeli yang katanya para pembeli tidak sanggup membeli dengan harga mencapai 120.000 rupiah. 
Dampak dari sepinya pembeli adalah tidak menghasilkan pendapatan dan merugi, yang akhirnya mereka tidak dapat menutup ongkos operasionalnya 


Mogok dagang adalah satu satunya cara klasik mereka untuk meredam penumpukan biaya operasional yang makin hari makin melonjak naik. Ternyata di kota Bogor dan Bandung pun banyak yang mogok berdagang daging sapi dengan alasan yang sama.
Daging sapi naik sebenarnya diakibatkan ketidak seimbang antara pasokan dengan permintaan didalam negeri. Jumlah yang dimiliki Indonesia masih kurang, ditambah lagi ada kabar yang mengatakan bahwa sapi betina banyak yang disembelih untuk dagangan ,padahal sapi betina adalah pondasi utama penting untuk memperbanyak jenisnya dikemudian hari dan tidak dianjurkan untuk ikut disembelih.
Pemerintah akhirnya berencana akan memgimpor sapi dari Australia yang diharapkan dapat memperbaiki kurangnya pasokan sapi yang ada di Indonesia. Sapi impor itu rencananya akan dikirim ke beberapa titik daerah seperti Jakarta, Bandung, Subang, Serang  Banten dan lain lain. 
Selain kita dihadapkan pada dilema dengan minimnya suplai sapi di Indonesia ternyata Beras ikutan memperkeruh keadaan yang naik hingga 30%? Benarkah? ini diakibatkan oleh kemarau panjang yang membuat panen padi gagal dan bahkan ada yang nekat memanen padi lebih awal yang mengakibatkan omset yang didapat para petani sangat sedikit dan merugi. Saat ini Kenaikan beras ternyata berlaku untuk semua jenis beras, dari pandan wangi, ramos, hingga beras yang harganya murah.
Kenaikan beras yang muncul bersamaan dengan mahalnya harga daging dipasaran.  Sebenarnya  Bapak Presiden Joko widodo  sudah melarang impor daging sapi dari mancanegara , hal ini dinilai banyak kalangan adalah sebuah keputusan yang  tepat, hanya saja ketersediaan daging sapi di Indonesia  harganya makin melonjak hanya karena di picu melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Apa hubungannya? Ternyata nilai rupiah terhadap dollar pada dasarnya tidak ada hubungan sedikitpun dengan melonjaknya harga daging sapi dan beras.
Pada dasarnya bukan Indonesia saja yang mengalami ekonomi lemah pada tahun 2015 ini.Banyak negara lain yang mengalaminya seperti negara negara asia timur, asia tenggara eropa (salah satunya adalah Yunani yang nyaris hancur karena mengalami krisis ekonomi tahun ini) dan bahkan lebih parah dari kondisi Indonesia sekarang ini adalah negara maju yang tidak disangka sangka adalah Jepang yang ternyata ekonomi melemah dibawah angka yang Indonesia alami, dengan kata lain ekonomi Indonesia masih lebih bagus dari Jepang saat ini.
Untuk saat ini kita mungkin harus bersabar menunggu hingga gejolak kenaikan harga daging ini normal kembali, Dan di pastikan akan normal kembali hanya menunggu saatnya tiba saja. Daging sapi banyak digunakan oleh warung warung yang berskala kecil seperti warung tegal atau tukang sate pinggiran jalan. Dampak Kenaikan harga daging sapi dikhawatirkan dapat mempengaruhi penghasilan harian mereka jika tidak mengubah harga dagangan mereka ke tingkat yang sedikit lebih mahal.Tetapi deng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar