Para pedagang
daging sapi dijalan Palmerah Jakarta Pusat mogok berdagang daging sapi sejak 9
agustus 2015 lalu.Mereka kecewa karena sepi pembeli yang katanya para pembeli tidak
sanggup membeli dengan harga mencapai 120.000 rupiah.
Dampak dari sepinya
pembeli adalah tidak menghasilkan pendapatan dan merugi, yang akhirnya mereka tidak
dapat menutup ongkos operasionalnya
Mogok dagang adalah satu satunya cara klasik mereka
untuk meredam penumpukan biaya operasional yang makin hari makin melonjak naik.
Ternyata di kota Bogor dan Bandung pun banyak yang mogok berdagang daging sapi
dengan alasan yang sama.
Daging sapi naik
sebenarnya diakibatkan ketidak seimbang antara pasokan dengan permintaan
didalam negeri. Jumlah yang dimiliki Indonesia masih kurang, ditambah lagi ada
kabar yang mengatakan bahwa sapi betina banyak yang disembelih untuk dagangan ,padahal
sapi betina adalah pondasi utama penting untuk memperbanyak jenisnya dikemudian
hari dan tidak dianjurkan untuk ikut disembelih.
Pemerintah akhirnya berencana akan
memgimpor sapi dari Australia yang diharapkan dapat memperbaiki kurangnya
pasokan sapi yang ada di Indonesia. Sapi impor itu rencananya akan dikirim ke
beberapa titik daerah seperti Jakarta, Bandung, Subang, Serang Banten dan lain lain.
Selain kita dihadapkan pada dilema dengan
minimnya suplai sapi di Indonesia ternyata Beras ikutan memperkeruh keadaan
yang naik hingga 30%? Benarkah? ini diakibatkan oleh kemarau panjang yang membuat
panen padi gagal dan bahkan ada yang nekat memanen padi lebih awal yang
mengakibatkan omset yang didapat para petani sangat sedikit dan merugi. Saat
ini Kenaikan beras ternyata berlaku untuk semua jenis beras, dari pandan wangi,
ramos, hingga beras yang harganya murah.
Kenaikan beras yang muncul bersamaan
dengan mahalnya harga daging dipasaran. Sebenarnya
Bapak Presiden Joko widodo sudah melarang
impor daging sapi dari mancanegara , hal ini dinilai banyak kalangan adalah
sebuah keputusan yang tepat, hanya saja
ketersediaan daging sapi di Indonesia
harganya makin melonjak hanya karena di picu melemahnya nilai rupiah
terhadap dollar Amerika. Apa hubungannya? Ternyata nilai rupiah terhadap dollar
pada dasarnya tidak ada hubungan sedikitpun dengan melonjaknya harga daging
sapi dan beras.
Pada dasarnya bukan Indonesia saja yang
mengalami ekonomi lemah pada tahun 2015 ini.Banyak negara lain yang
mengalaminya seperti negara negara asia timur, asia tenggara eropa (salah
satunya adalah Yunani yang nyaris hancur karena mengalami krisis ekonomi tahun
ini) dan bahkan lebih parah dari kondisi Indonesia sekarang
ini adalah negara maju yang tidak disangka sangka adalah Jepang yang ternyata
ekonomi melemah dibawah angka yang Indonesia alami, dengan kata lain ekonomi
Indonesia masih lebih bagus dari Jepang saat ini.
Untuk saat ini kita mungkin harus bersabar menunggu
hingga gejolak kenaikan harga daging ini normal kembali, Dan di pastikan akan
normal kembali hanya menunggu saatnya tiba saja. Daging sapi banyak digunakan
oleh warung warung yang berskala kecil seperti warung tegal atau tukang sate
pinggiran jalan. Dampak Kenaikan harga daging sapi dikhawatirkan dapat
mempengaruhi penghasilan harian mereka jika tidak mengubah harga dagangan
mereka ke tingkat yang sedikit lebih mahal.Tetapi deng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar