KESOMBONGAN MEMBAWA PETAKA
Disebuah desa terpencil yang sering
dilanda banjir, hiduplah keluarga bebek yang sederhana. Mereka terdiri dari
ayah, bunda dan putra kesayangannya bernama Beki. Beki sangat pandai berenang dan menyelam sambil
mencari makan danau. Beki tiap hari bermain didanau seorang diri. Dia tak punya
satupun teman. semua teman temannya menjauhinya. Kenapa?
Beki dikenal sebagai Bebek
yang sombong dan tak pernah mau menolong teman.Beki selalu merendahkan teman
temannya yang dianggapnya kurang mampu berenang dengan cepat seperti dirinya.
Suatu pagi
yang cerah, Beki mendatangi sebuah danau yang airnya melimpah ruah sampai
daratan akibat hujan deras selama dua hari. Beki memanfaatkan area banjir itu
sebagai tempatnya berlatih berenang agar makin lihai dan tak terkalahkan
sebagai hewan yang terhebat dalam hal berenang .
Baru
beberapa menit Beki berenang dengan berbagai gaya tiba tiba samar dia
mendengar jeritan minta tolong dari kejauhan. Makin lama makin terdengar jelas
suara itu. Beki perlahan lahan mengikuti suara itu. Ternyata seekor bango kecil
bernama Bacil sedang tertindih bebatuan yang tak sengaja jatuh dari tebing dan
menghantam tubuhnya. Bacil meraung raung
menahan sakit. Tiba tiba Wajah Bacil berubah senang ketika melihat si Beki datang
menghampirinya.
Tetapi sayang…Beki tidak punya niat untuk menolongnya. Beki justru menertawakan
Bacil yang sedang merintih kesakitan.
“Makanya
pinter berenang dengan cepat seperti aku ,supaya bisa menghindari batu yang jatuh dari atas tebing sebelum
mengenai tubuhmu. Hai Bacil, Kalau terjadi musibah aku tak pernah minta tolong
pada siapa siapa. aku mampu menolong diriku sendiri. Bisa tidak seperti aku?” Kata Beki sambil tertawa terbahak bahak.
Bacil
terdiam karena sedih karena Beki tidak mau menolongnya.” Kalau tak mau
menolongku…silahkan pergi saja tetapi jangan menghina aku. Kau teman yang jahat.” Kata Bacil terbata bata sambil menahan nyeri
dipunggungnya. Beki tertawa lagi sambil perlahan lahan pergi meninggalkan Bacil
seorang diri. Bacil terdiam sambil memandang kepergian Beki dengan berlinang
air mata. Diantara rasa gelisahnya tiba tiba datanglah seekor angsa besar yang
tak sengaja lewat. Si angsa itu terkejut melihat keadaan Bacil dan tanpa pikir
panjang lagi, Si angsa besar itu menghampirinya dan mengangkat batu yang
menghimpit tubuh Bacil dengan mudahnya.
“Apakah ada
yang luka ?” Tanya siAngsa besar dengan tatapan matanya yang teduh. Bacil menghapus airmatanya.” Tubuhku hanya
terasa pegal saja tetapi tidak ada yang luka. Terimakasih angsa besar….kau
sangat baik karena telah menolongku.” Kata Bacil diantara isak tangisnya yang
belum juga mereda sejak tadi. Si angsa besar mengenyitkan dahinya karena
terheran heran melihat Bacil yang masih menangis sedih.” Kenapa kau masih
menangis…apakah ada sesuatu yang membuatmu bersedih Tanya Si angsa besar lagi .
“Beki telah
membuat hatiku sedih, karena dia tak mau menolongku walaupun dia tahu aku
sangat membutuhkan bantuannya tadi .”
jawab Bacil dengan nada suara yang parau dan serak.
“Semua perbuatan,
entah itu jahat atau baik, suatu hari nanti akan ada balasannya dari tuhan yang
maha adil.bersabarlah dan Jangan bersedih
lagi.” Kata Si angsa besar sambil menepuk bahu Bacil dengan penuh kasih sayang.
Bacil tersenyum
,hatinya merasa lega setelah mendengar nasehat dari si angsa besar itu.
“walaupun
dia telah jahat padamu,jangan lah kau dendam atau membalas dengan kebencian.
Menjadi sabar dan menyayangi teman
adalah perbuatan yang paling mulia dan sangat disukai oleh tuhan.” Kata Si
angsa lagi sambil akhirnya berlalu perlahan menuju anak sungai. Bacil tersenyum
dan mengucapkan terimakasih pada Si angsa sambil berteriak.” Terimakasih atas
pertolonganmu hai angsa besar…”
Suatu hari yang cerah, ada sebuah pengumuman
perlombaan berenang yang diadakan oleh Kepala desa. Semua warga tak terkecuali Keluarga
Beki menyambut lomba itu denga suka cita. Beki berniat ikut dan bertekad
menjadi juara yang tercepat. Lomba itu diikuti oleh peserta dari hewan lain
yang konon terkenal dengan kecepatannya dalam berenang jauh melebihi Beki.
Mereka adalah Buaya, Ular,itik, Belut dan angsa.Beki merasa tertantang untuk
bisa mengalahkan mereka. Beki menganggap lawan lawannya di perlombaan itu sangat
bodoh dan tidak bisa berenang dengan cepat.
Tiga hari
kemudian akhirnya acara perlombaan berenangpun tiba. Banyak penonton yang
datang dari berbagai desa. Mereka terdiri dari beberapa jenis hewan yang
berbeda tetapi saling menghormati .Mereka ada yang dari jenis binatang buas
seperti siraja hutan Singa, yang penasaran ingin mengetahui siapa pemenang
lomba itu nantinya. Ada pula dari jenis binatang melata seperti Kadal dan
Biawak. Ada pula yang dari jenis binatang amfibi seperti katak dan kura kura.
Suasana ditempat perlombaan sangat ramai dan penuh sesak dengan penonton.
Beberapa
jam kemudian setelah panitia selesai memeriksa nama nama calon yang ikut lomba,
akhirnya lomba yang ditunggu tunggupun di mulai. Ada seekor burung Nuri yang
cantik dengan bulu bulunya yang berwarna warni terlihat jalan ditengah panggung
sambil mengibarkan bendera warna merah putih, tanda lomba siap dimulai. Pada
hitungan mundur dari tiga….dua lalu satu…….akhirnya lombapun mulai. Seluruh
penonton ramai bersorak memberi semangat pada jagoan mereka masing masing.
Tak terasa lomba berenang telah tiga
puluh menit berlalu. Para peserta lomba saling mendahului dan berusaha ingin
jadi yang terdepan. Saat itu para peserta tidak mengetahui jika Beki mempunyai
tipu muslihat yang sangat jahat. Ternyata satu jam sebelum perlombaan dimulai
,Beki merubah semua gambar arah panah yang sudah dipersiapkan para juri kearah
yang tidak benar. Hal itu dilakukannya agar semua peserta melewati jalan bukan
kearah garis finish tetapi justru menjauhi garis finish. Beki berharap bisa
mengalahkan mereka tanpa susah payah harus mengeluarkan tenaga untuk berenang.
Ditengah
perjalanan menuju garis finish,Beki bersiul siul dengan santai. Wajahnya
memancarkan kesombongan karena dia telah yakin bahwa pemenang lomba itu adalah
dirinya.Tetapi tanpa diduga ,tiba tiba kaki Beki tersangkut sesuatu didalam air
sungai yang Nampak keruh. Beki merasakan perih dan sakit dibagian telapak
kakinya. Ternyata kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah paku besar berkarat
yang berjumlah tujuh buah. Darah segar berhamburan diair keruh itu. Beki panik dan berteriak minta tolong karena dia tak bisa
melepaskan paku paku yang telah menancap ditelapak kakinya. Sedangkan telapak kakinya
yang lain tersangkut akar pohon tua yang sulit dibuangnya. Beki berusaha sekuat
tenaga menahan rasa sakitnya tetapi
tubuhnya limbung dan lemas karena banyak darah yang keluar.
Beki
menangis meraung raung. Dia tahu jika paku paku berkarat dapat mengakibatkan
tetanus dan infeksi yang bisa membawa pada kematian. Beki terus berteriak minta
tolong tetapi tak satupun yang mendengar
teriakan sakitnya itu. Tak jauh dari tempat Beki terluka.
Nampaklah
bango kecil berbulu putih dengan garis sayapnya yang hitam, terlihat sangat
indah. Dialah Bacil.Saat itu Bacil tak ikut nonton perlombaan berenang karena
sedang sibuk membantu ibunya mencari rumput kering untuk dibuat m enjadi
selimut malam agar udara dingin tidak terasa menusuk tulang. Sejenak Bacil
menghentikan langkahnya dan menggaruk garuk kepalanya tanda heran,Dia tahu jika
sungai disampingnya adalah sungai yang akan dilewati para peserta lomba renang.sejak
lomba dimulai dia tak melihat ada satu pesertapun yang melewati sungai itu.
“Kemana para peserta lomba ya….?” Bukankah lombanya dimulai jam Sembilan pagi?
Seharusnya mereka sudah melewati sungai ini sejak tadi.Apakah mereka salah
jalan….?”Tanya Bacil dalam hati. Belum hilang rasa herannya,tiba tiba dia
terkejut ketika melihat Beki tertunduk lemas ditengah arus sungai yang cukup
deras. Tubuhnya Nampak tak berdaya.Bacil berlari menghampiri Beki yang sejak
tadi terdiam.
“Beki………
Beki…! Ada apa denganmu…apa yang telah
terjadi?’ teriak Bacil diantara rasa penasarannya. Perlahan lahan Beki mengangkat
kepalanya dan memandang Bacil. “Bacil….Tolong
lah aku.” kata Beki dengan nada suara yang hampir tak terdengar. Wajahnya
Nampak makin pucat. Sesaat Bacil terkejut. Dia tak menyangka jika dari mulut
Beki terlontar kata minta tolong. Bacil ingat betul jika beberapa minggu silam
Beki dengan sombongnya berkata bahwa dia tak pernah butuh pertolongan siapapun,Dan
dia bisa menolong dirinya sendiri.
Mata Bacil
Nampak tajam menatap Beki yang tertunduk lemas. Ada perasaan kesal yang masih
tersisa dalam hatinya akibat perbuatan Beki saat itu.
“Kau ini
kan bebek paling hebat dijagat raya.kau tak butuh pertolongan dari siapapun.
Kau bisa menolong dirimu sendiri.
Kenapa sekarang kau minta tolong padaku?” Tanya Bacil dengan nada suara
yang tinggi dan merasa geram.
Beki
terdiam tak menjawab. Bibirnya sudah tak bisa lagi bicara. Wajahnya makin pias
dan terlihat tersiksa menahan sakitnya. Bacil menarik nafas panjang karena
masih kesal. Tetapi dia juga teringat akan pesan si angsa besar agar dirinya tidak dendam atau membalas dengan kebencian. Bacilpun teringat pesan si angsa besar bahwa sekecil apapun perbuatan yang kita
lakukan,entah itu jahat atau baik, kelak akan ada balasannya dar tuhan yang maha
adil.
Dengan
perasaan iba akhirnya Bacil turun kesungai dan berusaha membuang akar akar
pohon tua dari pergelangan kaki sebelah kiri Beki. Sedangkan telapak kaki
kanannya terlihat berlumuran darah karena ada tujuh buah paku menancap. Bacil
menyeret tubuh Beki yang sedikit lebih besar darinya perlahan lahan menuju
daratan. Setelah berhasil membawa tubuh Beki keatas tanah, akhirnya Bacil
berlari sekencang kencangnya menuju arah para penonton lomba. Bacil berteriak
minta tolong denga nada suara yang pilu dan
keras. Spontan seluruh penonton
yang ada menoleh kearahnya dan suasana menjadi hening.
“Tolooooong….tolong…..ada
satu peserta lomba berenang yang kakinya tertancap tujuh paku berkarat.
Sekarang dia sedang sekarat…………tolonglah dia.’
Kata Bacil sambil terisak menangis. Akhirnya tanpa pikir panjang
sebagian penonton tumpah ruah berlari keluar dari duduknya menuju tempat Beki
terkulai. Wajah Bacil Nampak sedih dan
nafasnya terengah engah menahan lelah.Dia memang masih kesal dengan Beki tetapi
disisi rasa kemanusiaannya ,dia merasa terguncang melihat keadaan Beki yang
sekarat dan tersiksa.Sesaat Bacil duduk diatas rumput dan memandang langit
dengan berlinag airmata.
“Tuhan
sembuhkanlah Beki…jangan ambil nyawanya. Dia memang pernah jahat padaku tapi
aku tak membencinya. Berilah kesempatan hidup sekali lagi padanya agar dia bisa
berubah menjadi teman yang baik.” Kata
Bacil berdoa.
Beberapa
saat setelah Beki digotong ramai ramai oleh para penontion lomba ke rumah sakit
terdekat dan dirawat oleh tim kesehatan ,akhirnya wajah Beki berangsur angsur kembali
segar dan tak pucat lagi. Tujuh paku yang menancap pada telapak kaki kanannya
telah berhasil dicabut . Tim kesehatan mengatakan jika dalam tempo sepuluh
menit lagi Beki tak diobati,kemungkinan nyawa Beki sudah tidak bisa tertolong
lagi. Beki yang mendengar itu meneteskan
air mata dan memanggil sebuah nama dengan terbata bata ,”
Ba..cil…..ba…cil…….dimana Bacil?’ Dimana
Bacil dokter?” Tanya Beki pelan sambilo menangis.
Tim
kesehatanpun menemui Bacil yang sejak tadi duduk tertegun tak jauh dari tempat
dimana Beki sedang terbaring.Tak lama kemudian Bacilpun menemui Beki setelah
tim kesehatan memberitahukan keadaannya.
Nampak Beki
menangis meraung raung ketika melihat kedatangan Bacil. Beki langsung memeluk tubuh Bacil dan memohon
maaf atas perbuatan jahatnya. Beki berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Kini Beki telah menyadari jika hidup saling menolong itu adalah kewajiban dan
perbuatan yang sangat mulia.Akhirnya Bekipun dengan jujur mengakui kecurangan
yang telah dia lakukan terhadap para peserta lomba. Beki menceritakan kelicikannya
dengan berlinang air mata dan wajah yang tertunduk .Beki menyesali segala
kejahatannya. Tak ayal lagi semua penonton
yang berdiri disekeliling Beki menjadi terkejut dan marah. Tetapi karena Beki
telah jujur mengakui kesalahannya dan berjanji tak akan mengulanginya lagi,
akhirnya semua yang hadir memaafkannya. ( Penulis dongeng: Heny anugrah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar