Jumat, 21 Agustus 2015

DONGENG ANAK PENUH PESAN MORAL






    
                   
                                      KESOMBONGAN MEMBAWA PETAKA
 
Disebuah desa terpencil yang sering dilanda banjir, hiduplah keluarga bebek yang sederhana. Mereka terdiri dari ayah, bunda dan putra kesayangannya bernama Beki.  Beki sangat pandai berenang dan menyelam sambil mencari makan danau. Beki tiap hari bermain didanau seorang diri. Dia tak punya satupun teman. semua teman temannya menjauhinya. Kenapa? 

Beki dikenal sebagai Bebek yang sombong dan tak pernah mau menolong teman.Beki selalu merendahkan teman temannya yang dianggapnya kurang mampu berenang dengan cepat seperti dirinya.

Suatu pagi yang cerah, Beki mendatangi sebuah danau yang airnya melimpah ruah sampai daratan akibat hujan deras selama dua hari. Beki memanfaatkan area banjir itu sebagai tempatnya berlatih berenang agar makin lihai dan tak terkalahkan sebagai hewan yang terhebat dalam hal berenang .

Baru beberapa menit Beki berenang dengan berbagai gaya tiba tiba samar dia mendengar jeritan minta tolong dari kejauhan. Makin lama makin terdengar jelas suara itu. Beki perlahan lahan mengikuti suara itu. Ternyata seekor bango kecil bernama Bacil sedang tertindih bebatuan yang tak sengaja jatuh dari tebing dan menghantam tubuhnya.  Bacil meraung raung menahan sakit. Tiba tiba Wajah Bacil berubah senang ketika melihat si Beki datang  

menghampirinya. Tetapi sayang…Beki tidak punya niat untuk menolongnya. Beki justru menertawakan Bacil yang sedang merintih kesakitan.
“Makanya pinter berenang dengan cepat seperti aku ,supaya bisa menghindari  batu yang jatuh dari atas tebing sebelum mengenai tubuhmu. Hai Bacil, Kalau terjadi musibah aku tak pernah minta tolong pada siapa siapa. aku mampu menolong diriku sendiri. Bisa tidak seperti aku?”  Kata Beki sambil tertawa terbahak bahak.

Bacil terdiam karena sedih karena Beki tidak mau menolongnya.” Kalau tak mau menolongku…silahkan pergi saja tetapi jangan menghina aku. Kau teman yang jahat.”  Kata Bacil terbata bata sambil menahan nyeri dipunggungnya. Beki tertawa lagi sambil perlahan lahan pergi meninggalkan Bacil seorang diri. Bacil terdiam sambil memandang kepergian Beki dengan berlinang air mata. Diantara rasa gelisahnya tiba tiba datanglah seekor angsa besar yang tak sengaja lewat. Si angsa itu terkejut melihat keadaan Bacil dan tanpa pikir panjang lagi, Si angsa besar itu menghampirinya dan mengangkat batu yang menghimpit tubuh Bacil dengan mudahnya.
“Apakah ada yang luka ?” Tanya siAngsa besar dengan tatapan matanya yang teduh.  Bacil menghapus airmatanya.” Tubuhku hanya terasa pegal saja tetapi tidak ada yang luka. Terimakasih angsa besar….kau sangat baik karena telah menolongku.” Kata Bacil diantara isak tangisnya yang belum juga mereda sejak tadi. Si angsa besar mengenyitkan dahinya karena terheran heran melihat Bacil yang masih menangis sedih.” Kenapa kau masih menangis…apakah ada sesuatu yang membuatmu bersedih Tanya Si angsa besar lagi .
“Beki telah membuat hatiku sedih, karena dia tak mau menolongku walaupun dia tahu aku sangat membutuhkan bantuannya tadi .”  jawab Bacil dengan nada suara yang parau dan serak.
“Semua perbuatan, entah itu jahat atau baik, suatu hari nanti akan ada balasannya dari tuhan yang maha adil.bersabarlah dan  Jangan bersedih lagi.” Kata Si angsa besar sambil menepuk bahu Bacil dengan penuh kasih sayang.
                                   
Bacil tersenyum ,hatinya merasa lega setelah mendengar nasehat dari si angsa besar itu.
“walaupun dia telah jahat padamu,jangan lah kau dendam atau membalas dengan kebencian. Menjadi  sabar dan menyayangi teman adalah perbuatan yang paling mulia dan sangat disukai oleh tuhan.” Kata Si angsa lagi sambil akhirnya berlalu perlahan menuju anak sungai. Bacil tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Si angsa sambil berteriak.” Terimakasih atas pertolonganmu hai angsa besar…”

Suatu hari yang cerah, ada sebuah pengumuman perlombaan berenang yang diadakan oleh Kepala desa. Semua warga tak terkecuali Keluarga Beki menyambut lomba itu denga suka cita. Beki berniat ikut dan bertekad menjadi juara yang tercepat. Lomba itu diikuti oleh peserta dari hewan lain yang konon terkenal dengan kecepatannya dalam berenang jauh melebihi Beki. Mereka adalah Buaya, Ular,itik, Belut dan angsa.Beki merasa tertantang untuk bisa mengalahkan mereka. Beki menganggap lawan lawannya di perlombaan itu sangat bodoh dan tidak bisa berenang dengan cepat.
Tiga hari kemudian akhirnya acara perlombaan berenangpun tiba. Banyak penonton yang datang dari berbagai desa. Mereka terdiri dari beberapa jenis hewan yang berbeda tetapi saling menghormati .Mereka ada yang dari jenis binatang buas seperti siraja hutan Singa, yang penasaran ingin mengetahui siapa pemenang lomba itu nantinya. Ada pula dari jenis binatang melata seperti Kadal dan Biawak. Ada pula yang dari jenis binatang amfibi seperti katak dan kura kura. Suasana ditempat perlombaan sangat ramai dan penuh sesak dengan penonton.
Beberapa jam kemudian setelah panitia selesai memeriksa nama nama calon yang ikut lomba, akhirnya lomba yang ditunggu tunggupun di mulai. Ada seekor burung Nuri yang cantik dengan bulu bulunya yang berwarna warni terlihat jalan ditengah panggung sambil mengibarkan bendera warna merah putih, tanda lomba siap dimulai. Pada hitungan mundur dari tiga….dua lalu satu…….akhirnya lombapun mulai. Seluruh penonton ramai bersorak memberi semangat pada jagoan mereka masing masing.

Tak terasa lomba berenang telah tiga puluh menit berlalu. Para peserta lomba saling mendahului dan berusaha ingin jadi yang terdepan. Saat itu para peserta tidak mengetahui jika Beki mempunyai tipu muslihat yang sangat jahat. Ternyata satu jam sebelum perlombaan dimulai ,Beki merubah semua gambar arah panah yang sudah dipersiapkan para juri kearah yang tidak benar. Hal itu dilakukannya agar semua peserta melewati jalan bukan kearah garis finish tetapi justru menjauhi garis finish. Beki berharap bisa mengalahkan mereka tanpa susah payah harus mengeluarkan tenaga untuk berenang.

Ditengah perjalanan menuju garis finish,Beki bersiul siul dengan santai. Wajahnya memancarkan kesombongan karena dia telah yakin bahwa pemenang lomba itu adalah dirinya.Tetapi tanpa diduga ,tiba tiba kaki Beki tersangkut sesuatu didalam air sungai yang Nampak keruh. Beki merasakan perih dan sakit dibagian telapak kakinya. Ternyata kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah paku besar berkarat yang berjumlah tujuh buah. Darah segar berhamburan diair keruh itu. Beki panik  dan berteriak minta tolong karena dia tak bisa melepaskan paku paku yang telah menancap ditelapak kakinya. Sedangkan telapak kakinya yang lain tersangkut akar pohon tua yang sulit dibuangnya. Beki berusaha sekuat tenaga  menahan rasa sakitnya tetapi tubuhnya limbung dan lemas karena banyak darah yang keluar.

Beki menangis meraung raung. Dia tahu jika paku paku berkarat dapat mengakibatkan tetanus dan infeksi yang bisa membawa pada kematian. Beki terus berteriak minta tolong tetapi tak satupun yang  mendengar teriakan sakitnya itu. Tak jauh dari tempat Beki terluka.
Nampaklah bango kecil berbulu putih dengan garis sayapnya yang hitam, terlihat sangat indah. Dialah Bacil.Saat itu Bacil tak ikut nonton perlombaan berenang karena sedang sibuk membantu ibunya mencari rumput kering untuk dibuat m enjadi selimut malam agar udara dingin tidak terasa menusuk tulang. Sejenak Bacil menghentikan langkahnya dan menggaruk garuk kepalanya tanda heran,Dia tahu jika sungai disampingnya adalah sungai yang akan dilewati para peserta lomba renang.sejak lomba dimulai dia tak melihat ada satu pesertapun yang melewati sungai itu. “Kemana para peserta lomba ya….?” Bukankah lombanya dimulai jam Sembilan pagi? Seharusnya mereka sudah melewati sungai ini sejak tadi.Apakah mereka salah jalan….?”Tanya Bacil dalam hati. Belum hilang rasa herannya,tiba tiba dia terkejut ketika melihat Beki tertunduk lemas ditengah arus sungai yang cukup deras. Tubuhnya Nampak tak berdaya.Bacil berlari menghampiri Beki yang sejak tadi terdiam.  
“Beki……… Beki…!    Ada apa denganmu…apa yang telah terjadi?’ teriak Bacil diantara rasa penasarannya. Perlahan lahan Beki mengangkat kepalanya dan memandang Bacil.  “Bacil….Tolong lah aku.” kata Beki dengan nada suara yang hampir tak terdengar. Wajahnya Nampak makin pucat. Sesaat Bacil terkejut. Dia tak menyangka jika dari mulut Beki terlontar kata minta tolong. Bacil ingat betul jika beberapa minggu silam Beki dengan sombongnya berkata bahwa dia tak pernah butuh pertolongan siapapun,Dan dia bisa menolong dirinya sendiri.
Mata Bacil Nampak tajam menatap Beki yang tertunduk lemas. Ada perasaan kesal yang masih tersisa dalam hatinya akibat perbuatan Beki saat itu. 
“Kau ini kan bebek paling hebat dijagat raya.kau tak butuh pertolongan dari siapapun. Kau bisa menolong dirimu sendiri.   Kenapa sekarang kau minta tolong padaku?” Tanya Bacil dengan nada suara yang tinggi dan merasa geram.
Beki terdiam tak menjawab. Bibirnya sudah tak bisa lagi bicara. Wajahnya makin pias dan terlihat tersiksa menahan sakitnya. Bacil menarik nafas panjang karena masih kesal. Tetapi dia juga teringat akan pesan  si angsa besar agar dirinya tidak dendam  atau membalas dengan kebencian.  Bacilpun teringat pesan si angsa besar  bahwa sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan,entah itu jahat atau baik, kelak akan ada balasannya dar tuhan yang maha adil.
                                      
Dengan perasaan iba akhirnya Bacil turun kesungai dan berusaha membuang akar akar pohon tua dari pergelangan kaki sebelah kiri Beki. Sedangkan telapak kaki kanannya terlihat berlumuran darah karena ada tujuh buah paku menancap. Bacil menyeret tubuh Beki yang sedikit lebih besar darinya perlahan lahan menuju daratan. Setelah berhasil membawa tubuh Beki keatas tanah, akhirnya Bacil berlari sekencang kencangnya menuju arah para penonton lomba. Bacil berteriak minta tolong denga nada suara yang pilu dan  keras.  Spontan seluruh penonton yang ada menoleh kearahnya dan suasana menjadi hening.
“Tolooooong….tolong…..ada satu peserta lomba berenang yang kakinya tertancap tujuh paku berkarat. Sekarang dia sedang sekarat…………tolonglah dia.’  Kata Bacil sambil terisak menangis. Akhirnya tanpa pikir panjang sebagian penonton tumpah ruah berlari keluar dari duduknya menuju tempat Beki terkulai.  Wajah Bacil Nampak sedih dan nafasnya terengah engah menahan lelah.Dia memang masih kesal dengan Beki tetapi disisi rasa kemanusiaannya ,dia merasa terguncang melihat keadaan Beki yang sekarat dan tersiksa.Sesaat Bacil duduk diatas rumput dan memandang langit dengan berlinag airmata.
“Tuhan sembuhkanlah Beki…jangan ambil nyawanya. Dia memang pernah jahat padaku tapi aku tak membencinya. Berilah kesempatan hidup sekali lagi padanya agar dia bisa berubah menjadi teman yang baik.”  Kata Bacil berdoa.
Beberapa saat setelah Beki digotong ramai ramai oleh para penontion lomba ke rumah sakit terdekat dan dirawat oleh tim kesehatan ,akhirnya wajah Beki berangsur angsur kembali segar dan tak pucat lagi. Tujuh paku yang menancap pada telapak kaki kanannya telah berhasil dicabut . Tim kesehatan mengatakan jika dalam tempo sepuluh menit lagi Beki tak diobati,kemungkinan nyawa Beki sudah tidak bisa tertolong lagi.  Beki yang mendengar itu meneteskan air mata dan memanggil sebuah nama dengan terbata bata ,” Ba..cil…..ba…cil…….dimana Bacil?’  Dimana Bacil dokter?” Tanya Beki pelan sambilo menangis.
Tim kesehatanpun menemui Bacil yang sejak tadi duduk tertegun tak jauh dari tempat dimana Beki sedang terbaring.Tak lama kemudian Bacilpun menemui Beki setelah tim kesehatan memberitahukan keadaannya.  
                                
Nampak Beki menangis meraung raung ketika melihat kedatangan Bacil.  Beki langsung memeluk tubuh Bacil dan memohon maaf atas perbuatan jahatnya. Beki berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Kini Beki telah menyadari jika hidup saling menolong itu adalah kewajiban dan perbuatan yang sangat mulia.Akhirnya Bekipun dengan jujur mengakui kecurangan yang telah dia lakukan terhadap para peserta lomba. Beki menceritakan kelicikannya dengan berlinang air mata dan wajah yang tertunduk .Beki menyesali segala kejahatannya.  Tak ayal lagi semua penonton yang berdiri disekeliling Beki menjadi terkejut dan marah. Tetapi karena Beki telah jujur mengakui kesalahannya dan berjanji tak akan mengulanginya lagi, akhirnya semua yang hadir memaafkannya.                                                                                   ( Penulis dongeng: Heny anugrah)


                                                                  
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar